Burung China yang ada di Indonesia
15 Jan 2014
0
komentar
Keberadaan burung impor,
khususnya dari China, Thailand, dan Malaysia memang bisa memberikan
alternatif bagi dunia kicau di Indonesia. Namun, terkadang kita harus
menebusnya dengan harga yang relatif lebih mahal, perawatan ekstra, dan
lain-lain. Kondisi tersebut akhirnya membuat banyak kicaumania
Indonesia memilih alternatif pengganti burung impor, khususnya asal
China. Apalagi ketika Negeri Tirai Bambu itu terbelit wabah flu burung
jenis baru H7N9, sehingga pintu masuk dan pintu keluar bagi burung dan unggas lainnya untuk sementara ditutu. Ada beberapa alternatif burung lokal yang tak kalah dari burung
impor. Selain masih banyak ditemukan di pasar burung, harga juga tidak
terlalu memberatkan. Meski variasi suara dianggap masih dianggap kalah
dari suara burung impor, tetapi masih bisa menghibur penggemarnya.
Beberapa burung lokal yang dianggap memiliki “kesamaan” kicauan
dengan burung impor antara lain poksay sumatera sebagai alternatif
poksay jambul putih, poksay medan / mantel dan poksay mandarin sebagai
“pengganti” poksay hongkong, opior jawa sebagai alternatif pekin robin,
jalak suren bisa menggantikan jalak hongkong, kutilang sutera tak kalah
dari kutilang jambul, dan sebagainya.
Hal itu membuktikan bahwa burung-burung asli indonesia sebenarnya
tidak kalah dari burung manca. Oke, berikut ini deskripsi pemanfaatan
beberapa jenis burung lokal sebagai alternatif pengganti burung impor
yang selama beberapa waktu lamanya akan terhenti akibat wabah flu burung
di China.
Poksai sumatera sebagai alternatif poksay jambul putih
Sebelum wabah flu burung melanda China, sebenarnya sudah lama juga kita tidak melihat keberadaan poksay jambul putih (Garrulax leucolophus)
di sejumlah pasar burung. Di Indonesia, ada poksay lokal yang memiliki
kemiripan bentuk dan suara dengan poksay jambul putih, yaitu poksay
sumatera (Garrulax bicolor).
Perbedaannya, jambul pada burung asal Sumatera ini sangat pendek dan
badannya (selain bagian kepala dan dada) berwarna lebih kehitaman.
Tetapi perawatannya tidak jauh berbeda dari poksay jambul putih, baik
mengenai akan utama maupun extra fooding (EF). Kedua spesies ini
sama-sama menyukai buah-buahan dan serangga.
Kesamaan lainnya adalah suara kedua spesies ini sama-sama kerasnya,
dan cenderung diulang-ulang (ngeban). Silakan simak penampilan burung
poksay sumatera dan poksay jambul putih yang merupakan burung impor.
—
Berikut ini adalah beberapa suara dari poksay jambul putih dan poksay sumatera
- Suara poksay jambul | Download
- Suara poksay sumatera | Download
Opior jawa sebagai alternatif pekin robin
Pekin robin, atau disebut robin, dikenal sebagai burung imut yang
cantik karena bulunya berwarna-warni. Burung asal China ini bisa
dibilang sebagai burung legenda, bahkan pernah mengalami booming pada dekade 1990-an. Menilik berbagai komentar di omkicau.com, maupun di forum lainnya, sebenarnya banyak kicaumania “manula” (he…he…) yang kangen terhadap burung ini. Sebaliknya, kicaumania yang pemula pun penasaran ingin memilikinya.
Sebenarnya ada beberapa kicaumania yang mencoba menangkar burung
robin. Sebagian berhasil, tetapi tidak sedikit pula yang belum berhasil.
Namun, karena jumlahnya tak seberapa, sebagian penggemar umumnya
mencari di pasar burung. Tetapi dalam beberapa bulan terakhir, kita juga
sudah sulit menemukan burung robin di pasar burung.
Para penggemar menyukai robin karena kicauannya yang cerewet. Tetapi
faktor harga dan kelangkaan barang membuat banyak kicaumania yang
menyingkirkan burung robin dari daftar incarannya.
Namun tahukah Anda, ada burung lokal yang memiliki suara mirip robin?
Namanya opior jawa atau cucak jempol. Meski suara panggilan (call)
opior jawa mirip suara anak ayam, namun kalau sudah jadi burung ini
bisa bersuara ngerol seperti robin. Tidak salah jika opior jawa sering
dijuluki burung robin jawa.
Perawatannya pun hampir sama, yaitu sama-sama pemakan buah-buahan dan
tak begitu meyukai serangga (meski sebenarnya mau juga memakan
serangga). Selain burung opior jawa, ada satu lagi yang bisa dijadikan
alternatif sebagai burung pengganti robin, yaitu burung pancawarna.
Hanya saja, pancawarna yang sering beredar di pasar burung selama ini
umumnya juga impor dari China. Wilayah persebaran burung pancawarna
memang luas, ada yang di China maupun Indonesia.
—
Berikut adalah suara dari burung robin, opior jawa (cucak jempol), dan pancawarna
- Suara burung robin | Download
- Suara burung opior jawa | Download
- Suara burung pancawarna | Download
Poksay mantel sebagai alternatif poksay hongkong
Burung poksay hongkong atau poksay pipi putih juga pernah popular
pada dekade 1990-an, bahkan kerap dilombakan karena gaya menarinya yang
khas. Burung yang memiliki nama latin Garrulax chinensis ini masih sempat dijumpai di beberapa pasar burung, terutama PB Pramuka Jakarta, setidaknya hingga pertengahan Maret 2013.
Namun merebaknya wabah flu burung jenis H7N9 dipastikan akan membuat
poksay hongkong tak bisa lagi masuk ke Indonesia untuk sementara waktu.
Sebagai alternatif pengganti, sobat kicaumania bisa memilih poksay
mantel (poksay medan), atau bisa juga poksay mandarin. Keduanya dikenal
memiliki beberapa variasi suara yang juga diulang-ulang serta volume
kicauan yang keras, tak kalah dari poksay hongkong.
—
Berikut ini adalah suara poksay hongkong dan poksay mandarin :
- Suara burung poksai hongkong | Download
- Suara burung poksai mandarin | Download
Jalak suren sebagai pengganti jalak hongkong
Jalak hongkong merupakan salah satu burung keluarga jalak bertubuh
besar, lebih besar daripada jalak suren. Namun kedua jenis burung ini
memiliki kepintaran yang berimbang. Jalak hongkong dan jalak suren
sama-sama bisa meniru suara burung lain, bahkan bisa meniru suara
manusia.
Karena itu, jika keinginan memiliki jalak hongkong belum kesampaian,
mengapa tak kembali ke jalak suren yang pernah popular di negeri kita
sendiri? Meski sudah jarang dilombakan lagi, penggemar jalak suren juga
masih banyak. Para penangkar, terutama di Klaten, sampai sekarang juga
masih eksis. Ini membuktikan masih banyak kicaumania yang membeli dan
merawatnya.
Perawatan jalak suren bahkan relatif lebih ringan daripada jalak
hongkong. Porsi makannya hanya separo dari porsi makan jalak hongkong.
Kotorannya juga 1/3 dari kotoran jalak hongkong.
—
Berikut ini perbandingan suara antara burung jalak hongkong dan jalak suren
- Suara jalak hongkong | Download
- Suara jalak suren | Download
Sebenarnya masih banyak burung lokal lainnya yang dijadikan
alternatif burung impor, khususnya dari China yang kini sedang dilanda
wabah flu burung. Dengan memberdayakan burung lokal, apalagi didukung
dengan penangkaran modern, bukan tidak mungkin suatu saat kita mampu
mengembangkan burung lokal yang berkualitas, sebagaimana pencapaian para
penangkar di Thailand, Malaysia, dan Vietnam saat ini.
Other Related Articles
INFO LAINNYA :